Sarana Edukasi Masyarakat, Saksi Bisu Dahsyatnya Bencana Alam

BANDA ACEH – Saat ini bangunan yang didirikan untuk memperingati bencana tsunami tersebut sudah menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Hal tersebut dikatakan oleh Kepala Disbudpar Aceh, Almuniza Kamal, saat ditemui Serambi di ruang
kerjanya.
Almuniza menjelaskan, Museum Tsunami saat ini sudah menjadi salah satu UPTD berbasis BLUD, dimana BLUD itu bertujuan meningkatkan pelayanan.
“Kami di sini berkomitmen untuk tingkatkan pelayanan agar pengunjung dapat lebih nyaman saat berkunjung, juga mendapatkan edukasi saat berkunjung, sehingga apa yang ingin disampaikan oleh museum tsunami ini mendapatkan edukasi,” katanya.
Lebih lanjut dia menyebutkan apa yang disampaikan melalui tampilan atau benda yang ada di Museum Tsunami dapat disampaikan tercapai sesuai dengan target. “Contohnya apa itu bencana, seperti apa itu tsunami yang melanda Aceh 19 tahun lalu, itu semua tersampaikan pesan kepada pengunjung,” ujarnya.
Dengan demikian, kata Almuniza, masyarakat dapat belajar dan mengambil hikmah dari bencana alam tsunami yang terjadi 19 tahun silam.
“Harapannya bagaimana masyarakat Aceh dapat belajar dari bencana yang terjadi di Aceh 19 tahun silam,” katanya. Dengan dijadikan BLUD ini, ke depan pihaknya akan tingkatkan target kunjungan agar pendapatan di situs wisata tersebut meningkat.
“Sehingga BLUD Museum Tsunami ini dapat berdiri sendiri. Dapat melayani secara konsisten kepada seluruh pengunjung yang datang ke sini,” ujarnya.
Dengan adanya BLUD ini, pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan jumlah pengunjung.
“Kita terus berinovasi, baik dari tampilan atau kegiatannya, sehingga mereka yang telah berkunjung dapat mengajak teman-temannya atau kerabat lainnya untuk hadir ke sini dan mendapatkan ilmu dari sini,” katanya.
Sementara itu, Museum Tsunami menggambarkan bencana tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 silam. Tsunami tersebut termasuk salah satu bencana alam terbesar di Indonesia.
Museum yang berlokasi di Jalan Sultan Iskandar Muda Nomor 3, Desa Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh, ini menjadi saksi gelombang tsunami yang menyapu pesisir Aceh pasca gempa berkekuatan 9,1 skala richter yang terjadi di dasar Samudera Hindia.
Gempa yang terjadi, bahkan disebut ahli sebagai 5 gempa bumi terbesar yang pernah ada dalam sejarah dunia.
Sejak museum tsunami dibuka pada tahun 2011, telah dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata sejarah dan hingga kini selalu ramai dikunjungi wisatawan. Pascapandemi, museum yang diresmikan oleh Mantan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono itu, meningkat drastis pengunjungnya.
Hal tersebut juga disampaikan oleh Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh, M.Syahputra Azwar. Rata-rata per bulan yang berkunjung ke situs wisata yang dirancang oleh mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, itu mampu menyedot sekitar 22 ribu wisatawan baik itu lokal, nasional, maupun mancanegara.
“Setelah pandemi kini rata-rata pengunjung yang mencapai 22 ribu orang, baik itu lokal, nasional maupun mancanegara,” sebutnya.
Pengunjung yang datang ke Museum Tsunami, sebutnya, terus meningkat dari tahun ke tahunnya, kecuali saat pandemi karena ditutup sementara.
“Tingkat kunjungan ke sini pada saat dibuka, mengalami peningkatan setiap tahunnya, tapi pada saat pandemi kita tutup sementara.
Namun setelah pandemi kita buka kembali, Alhamdulillah banyak sekali pengunjung yang antusias mengunjungi museum tsunami,” pungkasnya.(*)